Analisis kas
Kas merupakan salah satu bagian dari aktiva yang sifatnya paling lancar, dikatakan demikian karena kas dapat dengan segera dicairkan apabila dibutuhkan untuk memenuhi kewajiban atau diperlukan dalam kebutuhan perusahaan dalam waktu yang mendadak. Namun jumlah kas jika terlalu besar juga tidak begitu memberikan keuntungan bagi perusahaan karena, perputaran modal yang kecil sehingga tidak mendatangkan keuntungan bagi perusahaan. Kas dapat dibagi menjadi dua yaitu kas utama dan kas kecil (paty cash). Jumlah di dalam kas utama jauh lebih besar jika dibandingkan dengan kas kecil. Kalau kas besar biasanya disimpan dalalm lembaga keuangan misalnya Bank dan penggunaan kas tesebut sudah dianggarkan, seperti untuk membayar gaji karyawan. Sementara kas kecil merupakan sejumlah uang tunai yang disimpan oleh bagian keuangan yang terdapat dalam perusahaan tersebut. Uang tunai tersebut digunakan untuk keperluan yang nominalnya tidak terlalu besar, dan biasanya penggunaannya diluar rencana atau bersifat tak terduga.
Dalam penyimpanan kas dikenal 3 motif, diantaranya
1. Motif berjaga-jaga
yang dimaksud dengan motif ini adalah dimana kas yang disimpan ditujukan untuk keperluan yang mendadak yang tidak tercantum dalam perencanaan sebelumnya.
2. Motif transaksi
penyimpanan kas dengan motif transaksi ditujukan untuk keperluan transaksi perusahaan biasanya sudah tercantum dalam perencanaan perusahaan. Dan transaksi yang dilakukan bersifat tunai.
3. Motif spekulasi
Dalam motif spekulasi, kecermatan dari menejer keuangan dibutuhkan untuk melihat kesempatan dalam penyimpanan kas yang diharapkan mendapatkan keuntungan. Misalnya dalam pembelian saham yang sifatnya sangat fluktuatif.
Sebagai contoh, sebuah perusahaan industry dibidang textile memiliki pendapatan usaha 175.000.000/bulan. Jika diperhitungkan dalam sebulan jumlah pengeluaran dari perusahaan ini berkisar 100.000.000.- sehingga perusahaan ini memiliki keuntungan bersih sebesar Rp 75.000.000. keseluruhan keuntungan ini tidak langsung disimpan secara keselurahan didalam kas perusahaan, namun ada kebijakan manajemen keuangan mengenai keuntungan tersebut, yaitu :
1. 40% dari keuntungan itu diinvestasikan dalam bentuk peralatan, berupa mesin. Investasi ini diharapkan dapat meningkatkan produksi perusahaan. Sehingga menghasilkan keuntungan yang lebih besar lagi.
2. 30% dari keuntungan tersebut disimpan dalam kas perusahaan. Sudah termasuk dalam kas besar(utama) dan kas kecil. Kas ini akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan perusahaan dalam menjalankan usahanya.
3. 30% dari keuntungan tersebut akan diinvestasikan kedalam bentuk saham yang ditanamkan diperusahaan lain. Hal ini merupakan cara untuk membuka link terhadap perusahaan lain, dan salah satu cara untuk mengeksplorasi dan mengekspansi perusahaan
Analisis persediaan
Jika ditinjau dengan seksama, persediaan dapat diartikan sebagai berikut :
(a) asset yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha biasa;
(b) asset yang termasuk dalam proses produksi untuk penjualan tersebut; atau
(c) asset dalam bentuk bahan atau perlengkapan untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa.
Persediaan meliputi barang yang dibeli dan dimiliki untuk dijual kembali, misalnya, barang dagangan yang dibeli oleh pengecer untuk dijual kembali, atau pengadaan tanah dan properti lainnya untuk dijual kembali. Persediaan juga mencakupi Barang jadi yang diproduksi, atau barang dalam penyelesaian yang sedang diproduksi, oleh entitas serta termasuk bahan serta perlengkapan yang akan digunakan dalam proses produksi. Bagi perusahaan jasa, persediaan meliputi biaya jasa, di mana entitas belum mengakui pendapatan yang terkait
Biaya persediaan harus meliputi semua biaya pembelian, biaya konversi, dan biaya lain yang timbul sampai persediaan berada dalam kondisi dan lokasi saat ini.
1. Biaya Pembelian
Biaya pembelian persediaan meliputi harga beli, bea impor, pajak lainnya (kecuali yang kemudian dapat ditagih kembali oleh entitas kepada otoritas pajak), biaya pengangkutan, biaya penanganan, dan biaya lainnya yang secara langsung dapat diatribusikan pada perolehan barang jadi, bahan, dan jasa. Diskon dagang, rabat dan hal lain yang serupa dikurangkan dalam menentukan biaya pembelian.
2. Biaya Konversi
Biaya konversi persediaan meliputi biaya yang secara langsung terkait dengan unit yang diproduksi, misalnya biaya tenaga kerja langsung. Termasuk juga alokasi sistematis overhead produksi tetap dan variabel yang timbul dalam mengonversi bahan menjadi barang jadi.Overhead produksi tetap adalah biaya produksi tidak langsung yang relatif konstan, tanpa memerhatikan volume produksi yang dihasilkan, seperti penyusutan dan pemeliharaan bangunan dan peralatan pabrik, dan biaya manajemen dan administrasi pabrik.Overhead produksi variabel adalah biaya produksi tidak langsung yang berubah secara langsung, atau hampir secara langsung, mengikuti perubahan volume produksi, seperti bahan tidak langsung dan biaya tenaga kerja tidak langsung.
Pengalokasian overhead produksi tetap ke biaya konversi didasarkan pada kapasitas fasilitas produksi normal. Kapasitas normal adalah produksi rata-rata yang diharapkan akan tercapai selama suatu periode atau musim dalam keadaan normal, dengan memerhitungkan hilangnya kapasitas selama pemeliharaan terencana. Tingkat produksi aktual dapat digunakan jika mendekati kapasitas normal. Pengalokasian jumlahoverhead produksi tetap pada setiap unit produksi tidak bertambah sebagai akibat dari rendahnya produksi atau tidak terpakainya pabrik.Overhead yang tidak teralokasi diakui sebagai beban pada periode terjadinya. Dalam periode produksi tinggi yang tidak normal, jumlah overhead tetap yang dialokasikan pada tiap unit produksi menjadi berkurang sehingga persediaan tidak diukur di atas biayanya.Overhead produksi variabel dialokasikan pada unit produksi atas dasar penggunaan aktual fasilitas produksi.
Suatu proses produksi mungkin menghasilkan lebih dari satu jenis produk secara simultan. Hal tersebut terjadi, misalnya, ketika dihasilkan produk bersama atau bila terdapat produk utama dan produk sampingan. Ketika biaya konversi tidak dapat diidentifikasi secara terpisah, maka biaya tersebut dialokasikan antar produk secara rasional dan konsisten. Pengalokasian dapat didasarkan pada, misalnya, perbandingan harga jual untuk masing masing produk, baik pada tahap proses produksi pada waktu produk telah dapat diidentifikasikan secara terpisah atau pada saat produksi telah selesai. Sebagian besar produk sampingan, pada hakekatnya tidak material. Ketika kasusnya demikian, produk sampingan sering kali diukur pada nilai realisasi neto dan nilai tersebut dapat mengurangi biaya produk utama.
Keadaan persediaan dalam suatu perusahaan kiranya tidak terlalu besar tidak pula terlalu sedikit. Seorang manajer harus dapat melihat situasi yang sedang berlangsung, dan tentunya keputusan yang diambil mengenai persediaan tidak merugikan perusahaannya. Jumlah antara persediaan dan barang yang akan diproduksi kiranya dapat diestimasi, sehingga persediaan yang ada dapat mencukupi produksi sehingga perputaran barang produksi berjalan lancar.
Pada dasarnya analisis persediaan berkenan dengan perancangan teknik memperoleh tingkat persediaan optimal dengan menjaga keseimbangan antara biaya karena persediaan yang terlalu banyak dengan biaya karena persediaan yang terlalu sedikit. Oleh karena itu manajemen persediaan pada hakikatnya mencakup dua fungsi yang berhubungan sangat erat sekali yaitu : Perencanaan Persediaan dan Pengawasan Persediaan.
Pengendalian persediaan secara umum berfungsi untuk :
• Memenuhi kebutuhan konsumen
Dalam fungsi ini, suatu perusahaan membeli persediaan dalam bentuk yang cukup besar, dikarenakan untuk memenuhi kebutuhan konsumen atau dengan kata lain, permintaan yang cukup tinggi yang membuat produksi meningkat sehingga persediaanpun perlu ditambah.
• Memenuhi kebutuhan musiman/siklus
Suatu perusahaan sudah pasti memiliki tujuan untuk mendapatkan keuntungan, dan salah satu cara untuk mendapatkan keuntungan adalah dengan melihat peluang yang terjadi disaat “pasar musiman”. Menejer perusahaan harus jeli, melihat kesempatan tersebut, sebelum “pasar musiman” itu tiba, persediaan harus sudah tersedia, sehingga pada saat “pasar musiman “ itu tiba barang sudah diproduksi dan peluang mendaptkan keuntungan cukup besar. Karena kemungkinan persediaan dari produk musiman akan mengalami kenaikan apabila dibeli pada saat “pasar musiman “tiba.
• Menggambil keuntungan dari pemberian diskon
Membeli persediaan dalam partai besar akan mendapatkan potongan harga, sehingga harga jual dapat ditekan, atau dengan cara lain suatu produk dapat diberikan diskon dari harga normalnya. Biasanya konsumen akan tertarik pada suatu produk yang didiskon walaupun produk itu tidak terlalu dibutuhkan dalam waktu yang segera. Diskon dapat menarik perhatian konsumen sehingga penjualan produk meningkat, produksi meningkat yang mengharuskan persediaan meningkat pula. Dan tentunya perputaran modalpun meningkat.
• Memperlancar aliran barang
Penyediaan persediaan harus diseimbangkan dengan aliran produk barang. Apabila aliran produk barang tidak terlalu lancar maka, sebaiknya jumlah dari persediaan jangan terlalu besar, agar perusahaan tidak mengalami kerugiaan. Misalnya perusahaan meubel X membeli persediaan barang dalam jumlah yang besar pada bulan januari, pembelian ini diharapkan memenuhi kebutuhan produksi sampai bulan April. Namun, pada bulan Maret harga dari persediaan tersebut mengalami penurunan harga. Perusahaan meubel lain menjual produk yang menggunakan persediaan yang sama lebih murah dibandingkan perusahaan X. sehingga pendapatan dari perusahaan X menurun, dan apabila perusahaan X mengikuti harga pasar atau sama dengan perusahaan meubel lainnya, maka perusahaan X akan rugi.
Analisis Piutang
Piutang adalah salah satu jenis transaksi akuntansi yang mengurusi penagihan konsumen yang berhutang pada seseorang, suatu perusahaan, atau suatu organisasi untuk barang dan layanan yang telah diberikan pada konsumen tersebut. Pada sebagian besar entitas bisnis, hal ini biasanya dilakukan dengan membuat tagihan dan mengirimkan tagihan tersebut kepada konsumen yang akan dibayar dalam suatu tenggat waktu yang disebut termin kredit atau pembayaran.
Piutang dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Piutang Usaha
digunakan untuk penjualan barang dagang secara kredit, dan biasanya diperkirakan akan diterima dalam periode waktu yang relatif pendek.
2. Wesel Tagih
digunakan untuk memberikan kredit berdasarkan instrumen kredit resmi, yang disebut wesel promes.
3. Piutang Lain-lain
meliputi piutang bunga, piutang pajak, dan piutang dari pejabat atau karyawan perusahaan
Pemberian piutang oleh perusahaan kepada pelanggan atau kliennya harus merupakan melalui kebijakan menejer keunagannya, sehingga perusahaan tersebut tidak dirugikan. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan saat seorang menejer memutuskan untuk memberikan piutang kepada orang lain, hal ini dikenal dengan 5C,
1. Carakter
2. Condisi
3. Capital
4. Collateral
5. Capacity
Disamping itu, pemberian piutang dapat juga disertai dengan memberikan syarat kepada klien, seperti sertifikat tanah, atau SK sebagai jaminan kepada perusahaan bahwa si klien tersebut memilki keterikatan kepada perusahaan.
Selain menguntungkan pihak klien, pemberian piutang juga memberikan keuntungan kepada pihak perusahaan yang mengeluarkan piutang. Dimana pada umumnya harga barang yang dijual secara kredit lebih mahal dibandingkan dengan tunai, sehingga perusahaan mendapatkan keuntungan lewat bunga yang dibebankan kepada kliennya. Sehingga perputaran barang serta modal perusahaan tersebut akan semakin lancar dan mendatangkan keuntungan kepada perusahaan.
Namun ada pula kerugian yang mungkin akan dialami oleh perusahaan, yaitu piutang tak tertagih. Untuk menghindari kerugian ini, pihak menjer keungan perusahaan harus cermat memikirkan apa yang mungkin dapat menghindarkan hal ini terjadi kepada perusahaan. Beberapa alternative yang dapat diambil untuk menghindari adanya piutang tek tertagih seperti :
1. Harga jual
Menaikkan harga jual kepada klien/konsumen yang membeli secara kredit. Dharga jual yang dimaksud sudah termasuk kepada bunga atas pembelian kredit tersebut. Semakin lama waktu pembayaran/cicilan biasanya nominal dari pembayaran akan semakin kecil namun, bunganya akan lebih besar. Dan ini merupakan kesepakatan antara perusahaan dank lien/konsumen.
2. Diskon
Pemberian diskon terhadap barang yang dijual secara kredit diharapkan memberikan ransangan kepada klien/konsumen untuk membayar utangnya lebih cepat. Akan tetapi perusahaan harus dapat memperhitungakan diskon yang diberikan tidak akan membuat perusahaan rugi.
3. Waktu/musim
Dalam memberikan piutang perusahaan harus melihat kapasitas dari kliennya, apakah mungkin untuk membayar cicilannya atau tidak dalam beberapa waktu kedepan. Misalnya dengan melihat status/pekerjaan si klien. Apabila pekerjaan kliennya adalah seorang petani, perusahaan mungkin dapat menganalisis kapan kemungkinan sipetani tersebut dapat melunasi cicilannya, tentunya saat panen. Sehingga perusahaan dapat melihat musim panen sebagai peluang untuk mendapatkan keuntungan, dengan memberikan piutang kepada para petani.
4. Penambahan karyawan
Penambahan karyawan yang dimaksudkan adalah penambahan dalam bidang penagihan atau survey. Dimana untuk memastikan si klien dari perusahaan ini memiliki kemampuan untuk membayar utangnya terhadap perusahaan, untuk memastikan keakuratan data-data dari klien. Sehingga perusahaan tidak tidak dirugikan dengan data-data palsu.
5. Hadiah
Biasanya pemberian hadiah kepada klien yang yang memiliki utang dikarenakan pembayaran utang yang tepat waktu. Sehingga hadiah ini sebagai tanda apresiasi pada klien serta untuk menarik perhatian lagi dari perusahaan agar tetap terjalin kerjasama antara klien dan perusahaan.
MANAJEMEN KEUANGAN
0leh :
Sanna Karolina S
41154010070012
JURUSAN EKONOMI AKUNTANSI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LANGLANGBUANA
BANDUNG
2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar